Minggu, 25 Januari 2009

foto angkatan 2005 gizi ugm

ini salah satu hasil foto kita di gsp,bunderan dkkk....
hanya beberapa tapi nanti kita akan berfoto lagi pada tanggal 31 januari di gedung pusat, karena kemaren kita gagal foto disana....
seragamnya sama lo,jangan lupa,ting....ting....












Kamis, 22 Januari 2009

jurnal asupan buah, sayur, dan karotenoid terhadap resiko glioma

Prospective study of intake of fruit, vegetables, and carotenoids and the risk of adult glioma1–3

Crystal N Holick, Edward L Giovannucci, Bernard Rosner, Meir J Stampfer, and Dominique S Michaud

ABSTRACT
Background: Nutrients in dietary fruit and vegetables have been hypothesized to lower the risk of glioma by reducing the endogenous formation of N-nitroso compounds. Studies examining fruit and vegetable consumption and brain tumors have relied on case-control study designs, with one exception, and results have been inconsistent.

Objective: We prospectively examined the relation between consumption of fruit and vegetables (and specifically carotenoids) and the risk of glioma among men and women in 3 large US cohort studies: the Health Professionals Follow-Up Study (HPFS), the Nurses’ Health Study I (NHS I), and NHS II.

Design: Dietary intake was assessed by food-frequency questionnaires obtained at baseline and updated every 4 y through 2002 (HPFS and NHS I) or 2003 (NHS II). We identified 296 incident adult gliomas during 3 669 589 person-years of follow-up. Cox proportional hazard models were used to estimate incidence rate ratios (RR) and 95% CIs between intake of fruit, vegetables, and carotenoids and glioma risk, with adjustment for age and total caloric intake.

Results: Updated average consumption of total fruit and vegetables was not significantly associated with glioma risk in the men and women (pooled multivariate RR in a comparison of the highest with the lowest quintile: 1.12; 95% CI: 0.74, 1.69). Other fruit and vegetable subgroups, individual fruit and vegetables, and 5 major carotenoids were not significantly associated with risk of glioma.

Conclusion: Our findings suggest that fruit, vegetable, and carotenoid consumption is not likely associated strongly with the risk of adult glioma. Am J Clin Nutr 2007;85:877– 86.

KEY WORDS Fruit, vegetables, glioma, prospective studies, epidemiology

Source :
Am J Clin Nutr 2007;85:877–86. Printed in USA. © 2007 American Society for Nutrition

Label:

Senin, 19 Januari 2009

FOTO PANITIA DI PLAOSAN

Ada Sebuah komplek candi yang terletak tidak jauh dari candi prambanan yaitu Candi Plaosan. Candi tersebut cukup bagus dan bisa dijadikan tempat untuk foto2 panitia buku angkatan. Berikut beberapa referensi foto yang kami ambil secara amatiran di candi plaosan..foto yang ada hanya diambil secara suka2 dan diunggah juga dengan suka2, jadi kalo ada yang protes maka silakan comment....








































Sabtu, 17 Januari 2009

fajar deddy blog's: HMPW (Himpunan Mahasiswa Pecinta Wanita)

fajar deddy blog's: HMPW (Himpunan Mahasiswa Pecinta Wanita)

jurnal vitamin a

J Obstet Gynecol India Vol. 56, No. 6 : November/December 2006 Pg 489-494
Title : A study of maternal vitamin A status and its relationship with intrauterine growth restriction

Author : Dabi DR, Parakh Manish, Bothra Anuradha
Department of Pediatrics, Umaid Hospital for Women and Children, Regional Institute for Maternal and Child Health, Dr. SN Medical college, Jodhpur

OBJECTIVE(S) : To determine the prevalence of vitamin A deficiency in mothers of intrauterine growth restriction (IUGR) neonates and to evaluate the relationship of vitamin A levels with birth weight.

METHOD(S) : In a case control-cross sectional study, 50 mothers at term with small for gestional age neonates and 50 mothers at term with appropriate for gestational age neonates were studied to determine the prevalence of clinical and biochemical status of vitamin A deficiency. Serum vitamin A level was then correlated with birth weight in each of the two groups separatelty, and also jointly only in all the mothers in the two groups who had body mass index (BMI) of more than 18 kg/m2 and hemoglobin level of more than 10g/dL. Student t test and chi square test were used as applicable to find out the significance between two observed values, and regression analysis was used to determine the correlation between two continuous variables.

RESULTS: Clinical signs and symptoms of vitamin A deficiency (night blindness, conjunctival xerosis, Bitot’s spots, corneal xerosis) and low levels of serum vitamin A were commonly seen almost twice often in mothers who delivered IUGR newborns. At least 24% mothers delivering IUGR babies and 10% mothers delivering appropriate for gestational age babies had one or the other clinical sign of hypovitaminosis A. Clinical signs of vitamin A deficiency correlated well with serum vitamin A levels. Severe deficiency of vitamin A (serum vitamin A < 10 mg/dL) was observed in 4% mothers who delivered IUGR babies, while it was not observed in mothers of appropriate for gestational age babies. There was no correlation between serum vitamin A levels and birth weight when other factors such as malnutrition and anemia were associated, but increasing serum vitamin A levels were associated with higher birth weight when mothers had BMI of more than 18 kg/m2 and hemoglobin level of more than 10 g/dL.

CONCLUSION(S): Vitamin A deficiency during pregnancy may be a very important factor for growth hindrance of the fetus. In malnourished mothers, besides vitamin A many other factors also have an influence on intrauterine growth restriction but vitamin A deficiency appears to be a key factor in mothers who are otherwise not severely malnourished.

Key words : vitamin A, intrauterine growth restriction

http://medind.nic.in/jaq/t06/i6/jaqt06i6p489.pdf/

Label:

Jumat, 16 Januari 2009

Jenis macam diare

I. Definisi dan Macam Diare
Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami buang air besar yang sering dan masih memiliki kandungan air berlebihan.
Diare adalah gangguan usus yang ditandai dengan abnormalitas kandungan air dan konsistensi feses yang dikeluarkan.
Diare adalah buang air besar dengan feses yang cair, minimal 3 kali dalam 24 jam.
Diare adalah perubahan dalam buang air besar dari biasanya, baik frekuensi / jumlah buang air yang menjadi sering dan keluar dalam konsistensi cair daripada padat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
II. Macam - Macam Diare
Berdasarkan lama waktu terjadinya infeksi, diare dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
Diare Akut
Diare Kronik
Diare Akut
Buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair dan biasanya terjadi selama 1-7 hari. Diare akut dapat dikelompokkan menjadi 5 macam, yaitu :
a. Diare akut (murni)
b. Diare akut + komplikasi,
c. Diare akut + penyakit penyerta (bronkopnemoni, sepsis, ensefalitis, malnutrisi energi protein atau lainnya,
d. Diare akut yang melanjut menjadi diare kronik atau fase akut dari diare kronik,
e. Diare pada penyakit bedah usus.
Jenis diare akut lain yang sering ditemukan adalah traveller's diarrhea, biasa terjadi pada turis. Diare jenis ini terjadi paling sering karena kontaminasi makanan yang di makan. Tapi, bisa juga disebabkan oleh stres atau karena obat-obatan yang dikonsumsi.
Diare khronik
Diare kronik adalah diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih dengan atau tanpa kegagalan pertumbuhan (failure to thrive).
Diare khronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan penyebab non infeksi.
Beberapa nama lain yang diberikan untuk diare kronik yaitu :
a. Intractable diarrhoea, diare yang tidak dapat diobati atau disembuhkan,
b. Protracted diarrhoea , diare yang diperlambat atau delayed recovery from gastroenteritis,
c. Prolonged diarrhoea, diare yang diperpanjang atau berlangsung lebih dari 7 hari,
d. Recurrent diarrhoea, diare yang berulang-ulang selama 3 bulan dan sedikitnya tiap bulannya 1 kali episode diare,
e. Persistent diarrhoea , diare yang menetap. Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan penyebab infeksi.
Diare kronik lain adalah sindrom usus iritatif (irritable bowel syndrome). Diare kronik jenis ini kadang-kadang disertai produksi lendir. Penyebab utamanya adalah stres sehingga semakin stres seseorang, semakin sering ia diare. Diare kronik bisa juga disebabkan oleh radiasi. Pada pasien yang menderita tumor rahim, akan memperoleh pengobatan radioterapi. 'Salah satu efek sampingnya adalah kerusakan pada dinding usus besar terutama sebelah kiri'.
Diare kronis berlangsung lebih lama dari diare akut, dan biasanya merupakan pertanda terdapat gangguan kesehatan yang lebih serius seperti infeksi kronis, gangguan absorpsi makanan/nutrien (malaabsorpsi) ataupun disebabkan oleh penyakit yang disebut sebagai Irritable Bowel Syndrome.
Secara klinis, diare juga dapat dibagi menjadi :
1. Diare Berair Akut
termasuk dalam kelompok ini adalah kolera. Berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari. Dapat menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan.
2. Diare Berdarah Akut
selain menyebabkan dehidrasi, juga menyebabkan kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi.
3. Diare Persisten
berlangsung selama 14 hari atau lebih. Selain dehidrasi, dapat juga terjadi malnutrisi dan infeksi non-usus.
4. Diare Dengan Malanutrisi Berat (marasmus dan kwashiorkor)
selain dehidrasi, keadaan ini dapat menyebabkan infeksi sitemik yang berat, gagal jantung, serta defisiensi mineral dan vitamin.
5. Diare osmotik yakni keluarnya cairan tubuh ke dalam rongga usus yang disebabkan oleh berkumpulnya zat-zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh, kemudian dikeluarkan melalui anus. Diare ini terjadi pada keadaan malabsorbsi karbohidrat. Atau pada saat penggunaan obat-obatan pencahar golongan garam magnesium. Akumulasi bahan-bahan yang tidak dapat diserap dalam lumen usus mengakibatkan keadaan hipertonik dan meninggikan tekanan osmotik intra-lumen yang menghalangi absorpsi air dan elektrolit dan terjadilah diare, contohnya intoleransi laktosa dan malabsorpsi asam empedu.
6. Diare sekretorik di mana sel-sel usus mengeluarkan cairan sehingga cairan berkumpul dalam rongga usus kemudian keluar. Ini bisa disebabkan infeksi virus atau bakteri. Contohnya adalah diare yang terjadi pada penderita kolera. Di sini, toksin yang dihasilkan kuman kolera menyebabkan sel-sel usus mengeluarkan cairan. Diare tipe ini dapat juga dipicu oleh hormon yang diproduksi oleh jenis tumor tertentu. Sekresi usus yang disertai sekresi ion secara aktif merupakan faktor penting pada diare sekretorik. Pengetahuan terakhir mekanisme ini didapat dari penelitian diare karena Vibrio cholerae. Patofisiologi pada kolera ialah salah satu contoh sekresi anion yang aktif dalam usus halus sebagai akibat stimulasi enterotoksin. Pada sindrom Zollinger Ellison, hipergastrinemia menginduksi dengan jelas sekresi lambung dan diare.
7. Diare eksudatif yaitu peradangan pada usus. Diare jenis ini bisa disebabkan oleh bakteri, tapi bisa juga terjadi pada keadaan-keadaan non-infeksi seperti pada tumor ganas usus, atau pun cairan yang ada di dalam rongga usus.
8. Diare tipe gangguan motilitas yakni keadaan di mana gerakan usus tidak normal. Akibatnya, makanan tidak bisa diserap kemudian dikeluarkan dalam bentuk diare.

9. Diare karena alergi susu
Alergi susu sapi mulai terjadi terutama pada tahun-tahun pertama kehidupan bayi, dan akan tampak lebih jelas sewaktu bayi mulai disapih. Gejala klinis yang sering muncul sangat bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat (diare yang berkepanjangan, dapat disertai kram, kolik (sakit perut yang periodik) dan muntah. Gejala dapat cepat terlihat setelah beberapa menit meminum atau memakan bahan makanan yang terbuat dari susu sapi atau setelah beberapa jam kemudian.
III. Gejala Diare1. Buang air besar dengan konsistensi feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja.2. Frekuensinya bisa terjadi lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang dari 14 hari. Seperti diketahui, pada kondisi normal, orang biasanya buang besar sekali atau dua kali dalam sehari
Frekuensi pada bayi baru lahir lebih dari 3 kali, pada bayi dan anak lebih dari 2 kali per hari.
Muntah
Badan lesu atau lemah
Panas
Tidak nafsu makan
Darah dan lendir dalam kotoran
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan.
Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejal-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.
Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.
Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya menyebabkan syok.

IV. Penyebab Diare Pada Balita
Penyebab timbulnya diare adalah mikrobia patogen, seperti rotavirus, Eschericia coli (ETEC, EPEC), shigella, Campylobacter jejuni, cryptospirium,Vibrio colera, dan amoeba.
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya diare :
1. OroFecal
Bakteri yang berasal dari feses balita, ikut termakan atau terminum. Misalnya ketika selesai membersihkan buang air besar balita tanpa mencuci tangan dapat tercemar salah satu kuman.
2. Tidak ASI eksklusif
Tidak memberikan ASI secara eksklusif dapat menurunkan kekebalan tubuh balita sehingga mudah terkena penyakit salah satunya diare.
3. Botol / dot yang tercemar
Dot biasanya mengandung rotavirus sehingga untuk keamanan sebaiknya dot direndam air panas sebelum digunakan agar kuman mati.
4. Air yang tercemar
Air biasanya mengandung bakteri E. coli yang dapat menyebabkan diare sehingga sebaiknya air dimasak sampai benar-benar mendidih agar kuman mati.
5. Tidak mencuci tangan
Cuci tangan tidak benar-benar menghilangkan kuman tetapi dapat mengurangi jumlah kuman sehingga menurunkan kemungkinan terkena diTinja mengandung banyak sekali kuman penyakit sehingga apabila dibuang sembarangan dapat menyebarkan kuman penyakit.
6. Status gizi buruk
Status gizi buruk terutama karena asupan makanan yang sangat kurang menyebabkan usus mengalami atrofi (penebalan, tidak berfungsi normal) sehingga penyerapan sari-sari makanan tidak sempurna dan muncul diare.
7. Faktor fisiologis balita
Faktor fisiologis atau fungsi tubuh misalnya adanya kelainan struktur saluran pencernaan balita, kelainan penyerapan sari makanan, tidak tahan terhadap jenis makanan tertentu (lactose intoleran), atau pada penyakit imunodefisiensi (penurunan daya tahan tubuh).
8. Umur Balita terutama usia dibawah 2 tahun sangat rentan terkena diare.
9. Faktor lingkungan
Musim yang dapat mempengaruhi lingkungan misalnya musim hujan dapat mendukung menyebarnya bibit penyakit seperti diare sehingga pada musim-musim hujan biasanya kasus diare banyak terjadi.

V. Akibat Diare
1. Gangguan kardiovaskular
Denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien akan gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis (tubuh membiru). Kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
2. Nafsu makan menurun dan keadaan tubuhmenjadi lemah.
3. Gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut
Karena kehilangan bikarbonat, perbandingan bikarbonat berkurang, yang mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi nafas menjadi lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonat agar pH dapat naik kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal dan base excess sangat negatif. Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan pemusatan yang lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting karena dapat menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.

4. Dehidrasi
Diare dapat menyebabkan tubuh kita kehilangan lima liter air setiap hari dan zat mineral (‘elektrolit’) yang penting untuk fungsi tubuh normal (terutama natrium dan kalium). Dehidrasi parah dapat menyebabkan tubuh menjadi syok (kejut) dan dapat mematikan.
5. Deplesi air yang isotonik
Terasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak.
6. Gagal ginjal akut
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut.
Diare yang berlanjut dalam jangka waktu lama dapat menyebab penyerapan gizi berkurang. Ini dapat mengakibatkan wasting karena kehilangan bikarbonat dan terjadilah gangguan seperti telah dijelaskan di atas.

VI. Pencegahan Diare
1. Memberikan ASI eksklusif sampai usia empat atau enam bulan dan teruskan menyusui sampai setidaknya setahun, karena jika tidak mengkonsumsi ASI akan menyebabkan kekebalan tubuh bayi menurun.
2. Hindari pemberian susu botol
Penelitian di Yogya menunjukkan bahwa hampir 90% dot bayi mengandung rotavirus. Dot bayi menjadi media penularan diare, maka untuk lebih amannya sebelum dipakai dot disterilkan dengan direndam air panas dan jika bayi minum susu tidak habis jangan dibiarkan hingga 2 jam, sebaiknya dibuang dan diganti yang baru
3. Setelah usia 4-6 bulan, berikan makanan yang bergizi, bersih, dan aman untuk mulai menyapih.
4. Menghindari susu nonASI, misal susu hewan. Bayi yang minum susu hewan memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena diare persisten karena susu hewan terkontaminasi bakteri penyebab penyakit, selain itu kerusakan dindind usus oleh protein yang ada dalam susu hewan, intoleransi terhdap laktosa
5. Cara menyimpan makan di tempat yang bersih, disimpan tertutup, dengan sirkulasi udara yang cukupmisalnya makanan dimasak tanpa dicuci terkebih dahulu atau tidak menutup makanan yang telah dimasak. Makanan yang disimpan pada suhu ruangan lebih mudah terkontaminasi. Bakteri tumbuh dengan cepat pada makanan yang disimpan di suhu ruangan selama beberapa jam.
6. Gunakan makanan matang yang baru dimasak untuk memberi makan bayi. Ini untuk mengurangi kontaminasi bakteri.
7. Bersikan wadah yang digunakan untuk mengumpulkan dan menyimpan air minum setiap hari.
8. Hindari kontak antara tangan dan air minum ketika menyjikannya.
9. Cuci tangan dengan sabun hingga bersih terutama setelah membersihkan BAB bayi. Penelitian menunnjukkan dengan mencuci tangan dapat menurunkan kejadian diare hingga 60%.
10. Mencegah bayi kurang gizi karena bayi yang menderita kurang gizi dapat menyebabkan sel-sel usus mejadi atrofi sehingga diare. Frekuensi, durasi dan keparahan diare lebih tinggi pada bayi yang kurang gizi.
11. Berikan imunisasi campak kepada anak pada usia sembilan bulan karena risiko diare parah dan malnutrisi yng mengikutinya lebih tinggi setelah infeksi campak.
12. Higien dan sanitasi lingkungan sangat penting.
a. Pencegahan air supaya tidak tercemar, dengan cara menutup sumber air dengan baik.
b. Letak Sebaiknya menggunakan air PAM, walau tetap ada ancaman terkena diare karena terdapat mikrobia yang dapat hidup dalam pipa air (Glardhia lamdia).
c. Sumur jauh dari WC (minimal 10 meter).



VII. Pengobatan Diare
Prinsip utama pengobatannya adalah sebagai berikut:
1. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit etiologinya.
2. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada gizi.
3. Antibiotika dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaat untuk kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan diare dengan panas, kecuali pada :
a. Disentri yang harus diobati dengan anti mikrobia yang efektoif untuk shigella. Penderita-penderita yang tidak memberi respon dengan pengobatan ini harus diteliti lebih lanjut atau diobati untuk kemungkinan amoebiasis.
b. Suspek kolera dengan dehidrasi berat.
c. Diare persisten, bila ditemukan tripozoit atau kista Giardia lamblia atau tropozoit E histolitika ditinja atau cairan usus atau bila bakteri usus patogen pada kultur tinja.
Berbagai macam obat-obatan dan kombinasi obat dijual untuk pengobatan diare akut dan muntah. Obat-obat antidiare meliputi antimoatlitas (misal Loperamide, diphenoxilate, codiene, dan opium); adsorben (norit , kaolin , attapulgit dan smectital) dan biakan hidup (lactobacillus dan streptococcus faecalis) . Anti muntah termasuk oromethazinedan chlorpromazine.
Tidak satu pun dari obat-obat di atas yang berefek nyata untuk diare akut, beberapa malah memberikan efek yang membahayakan. Obat-obat ini tidak boleh diberikan untuk anak dibawah 5 tahun. Antibiotika juga tidak boleh digunakan secara rutin. Obat-obat ini tidak ada manfaatnya kecuali untuk penderita disentri atau kolera dan beberapa penderita diare persisten.
Tiga cara dasar terapi dirumah:
1. Beri anak cairan lebih banyak dari biasanya, untuk mencegah dehidrasi.
2. Beri anak makanan yang cukup dan bergizi, untuk mencegah kurang gizi
3. Bawa anak ke sarana kesehatan bila diarenya tidak membaik atau ada tanda-tanda dehidrasi dan timbul gejala lain yang serius. Anak harus segera dibawa ke petugas kesehatan jika menunjukkan gejala :
a. Tinja cair keluar amat sering
b. Muntah berulang
c. Rasa haus yang meningkat
d. Tidak dapat makan/minum seperti biasanya.
e. Demam
f. Adanya darah dalam tinja.

VIII. Prinsip Tatalaksana Gizi Penderita Diare
1. Mencegah terjadinya dehidrasi
Mencegah terjadi nya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin , kuah sayur, air sup. Meskipun ASI juga merupakan cairan rumah tangga yang penting dan harus diberikan tanpa batas. Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang diajukan , berikan air matang.
2. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.
3. Memberikan cairan termasuk oralit dan makanan yang sesuai anjuran
Pemberian makanan selama diare ditujukan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.
a. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya. Anak Usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
b. Sebaiknya minum air putih yang banyak karena dengan sering buang air besar maka tubuh akan kehilangan banyak cairan yang harus selalu digantikan dengan cairan yang baru. Setiap selesai buang air besar minumlah satu atau dua gelas air putih atau air mineral yang bersih dan sudah dimasak.
c. Minumlah oralit yang merupakan larutan gula garam untuk membantu pembentukan energi dan menahan diare / berak setelah selesai buang air besar.
d. Menghindari konsumsi makanan yang berserat seperti agar-agar, sayur dan buah karena makanan berserat hanya akan memperpanjang masa diare.
e. Bagi penderita diare sebaiknya mengkonsumsi makanan rendah serat dan halus seperti bubur nasi atau nasi lemes dengan lauk telur asin. Di sini nasi akan menjadi gula untuk memberikan energi, sedangkan telur asin akan memberikan protein dan garam untuk menahan mencret dan sebagai zat pembangun tubuh.
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi cairan rumah tangga yang digunakan untuk mencegah dehidrasi, antara lain :
1. Aman bila diberikan dalam jumlah besar. Teh yang sangat manis, soft drink dengan komersial buah yang manis harus dihindarkan karena dapat menyebakan diare osmotik memperberat dehidrasi dan hipernatrmi.
2. Mudah menyiapkannya
3. Dapat diterima
4. Cairan aman juga efektif .
Cairan yang paling efektif adalah cairan yang mengandung karbohidrat, garam dan protein. Cairan yang tepat untuk pengobatan dirumah dalam upaya peningkatan efikasi, yaitu :
a. Air
Meskipun air tidak mengandung garam atau sumber glukosa , air biasanya tersedia dimana-mana dan untuk memberikan dalam jumlah besar kepada anak umumnya ibu dapat menerimanya. Air lebih cepat diabsorbsi dalam usus dan bila diberikan dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang dimasak , terutama bila ditambah garam akan menjadi pengobatan yang tepat bagi anak yang tidak dehidrasi.

b. Cairan makanan
Misalnya air sup, air tajin atau air yang digunakan untuk merebus biji-bijian lain dan minuman yogurt.
c. Larutan gula garam
Komposisi larutan gula garam mendekati ideal untuk mencegah dehidrasi namun begitu untuk menyiapkannya membutuhkan takaran yang tepat. Sebab jika tidak larutan akan mencjadi hiperosmoler dan akan berbahaya.
d. Larutan oralit dapat untuk mencegah dehidrasi.
Petunjuk umum untuk jumlah larutan oralit atau cairan lain yang diberikan dirumah tiap kali selesai buang air besar: Anak dibawah umur yaitu usia 1-4 tahun (100-200) ml, anak usia 5 tahun (200-400) ml dan orang dewasa (300-400 ml).

Label:

PENGOLAHAN DATA KONSUMSI FP2

Tujuan: menganalisa asupan makan secara kuantitatif dan membandingkan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan.
I. Buka folder FP2
Klik FP2.exe yang detailnya bergrenre application

II. Setting file FP2
Main menu no 4
- Ubah file, direktory dan letak file.
- Database -> DKBM
- Foodlist -> DKBM
- RDA list -> misal AKG / KGA tahun...

III. Entri Data
Main menu no 1
- cek setting: File Select
cocokan file, drive dan letaknya
- Memasukan data (asupan makan): Enter edit
(jangan lupa tekan angka 8, konversi kedalam berat gram)
- Menyimpan Data: Save
- Mendapatkan / menampilkan data kembali: Get Foodlist
- Analisa Zat Gizi: Analyse
Rename; untuk penamaan file
-Print/Export: untuk mencetak hasil analisa zat gizi

IV. Membandingkan asupan makan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan (berdasarkan RDA)

Main menu no 2
- Setting RDA yang sesuai
Get: Tekan “C” berarti change untuk memilih RDA
Tekan angka pada kelompok RDA yang diinginkan
(misal “15” untuk kelompok “wanita 16-19 tahun KGA 1998)
- Setting satuan kedalam meter
Enter
Metric
Enter edit: untuk penamaan RDA untuk siapa
- Print / Export: mencetak RDA
- Membandingkan data asupan makanan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan
(Membandingkan analisis data di mainmenu no 1 dengan rda yang disetting di no 2)
- Main menu no 2
Compare
(akan keluar hasil analisis data yang merupakan perbandingan antara asupan makanan yang dikonsumsi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan)
- Export data ke dalam MS. Word
Main menu no 2
Print/export -> Export (dinamain yaaa)
Nha.. uda jadi deh!!!

Sekarang NS yaaa... Semangat!!

Tujuannya sama; yaitu buat mwnghitungkonsumsi makanan dan kecukupan sehari, gebandingin juga..

Buka folder NS
Klik NS.exe (yang gambarnya paling bagus ndiri)
Klik star -> individual

Entri Data
Masukan data asupan makan sehari
Isikan jumlahnya (dalam gram)
Report: untuk mencetak hasil analisa zat gizi asipan sehari

Label: